LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh Pantun

Pengertian/Definisi Pantun

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.

Ciri-Ciri Pantun

1. Terdiri minimal satu bait.
2. Setiap bait biasanya terdiri dari empat baris.
3. Baris 1 dan 2 berfungsi sebagai sampiran, sedangkan baris 3 dan 4 berfungsi sebagai isi.
4. Memiliki rima akhir a-b-a-b atau a-a-a-a.
5. Biasanya setiap baris terdiri dari 8 s.d. 12 suku kata.
6. Biasanya setiap baris terdiri dari 4 kata.

Keterangan-keterangan:

1. Pantun bisa terdiri dari satu bait atau lebih. 

Pantun yang lebih dari satu bait misalnya adalah pantun berkait, yakni pantun empat baris dalam beberapa bait yang antarbaitnya saling bertalian.

2. Satu bait pantun bisa terdiri dari empat baris, tetapi bisa pula lebih atau kurang, dengan jumlah baris genap. 

Di luar pantun empat baris, terdapat beberapa jenis pantun lainnya, yaitu:
  • Pantun yang terdiri dari dua baris disebut dengan karmina atau pantun kilat.
  • Pantun yang terdiri dari 6, 8, 10, atau 12 baris disebut dengan pantun talibun.
Namun demikian, bila menyebut pantun, biasanya yang dimaksud adalah pantun empat baris.

3. Baris pertama dan kedua dalam pantun berisi sampiran, baris ketiga dan keempat berisi isi pantun.

Sampiran berfungsi sebagai tumpuan untuk baris isi. Tumpuan di sini adalah terkait persamaan bunyi. Jadi, ketika seseorang mengucapkan pantun, telah terbayang bahwa pantun itu akan memiliki bunyi yang sama di akhir baris (antara baris ke-1 dan baris ke-3 serta antara baris ke-2 dan baris ke-4).

Selain terkait bunyi, ada pula orang yang mengaitkan baris sampiran dan baris isi dari segi makna. Sebagian menyatakan bahwa bahwa baris sampiran memiliki hubungan makna dengan baris isi, tetapi sebagian lain menyatakan  bahwa hubungan makna tersebut tidak mesti ada.

Dengan melihat pantun-pantun yang beredar saat ini, pernyataan yang lebih tepat menurut saya adalah pernyataan yang kedua, yaitu antara baris sampiran dan baris isi tidak perlu saling berhubungan makna. Dengan demikian, fungsi wajib sampiran hanyalah untuk persamaan bunyi antara baris yang berseling-selingan.

4. Rima puisi adalah a-b-a-b atau a-a-a-a

Rima adalah pengulangan bunyi. Dalam pantun, rima berada di akhir baris, terutama untuk suku kata terakhir pada baris tersebut. Dalam banyak pantun, kesamaan itu bahkan hanya kesamaan bunyi vokal pada akhir baris.

Apa yang disebut dengan rima a-b-a-b? Penyebutan demikian untuk mempermudah pemahaman bahwa ada dua bunyi yang digunakan dalam empat baris sajak, yang satu dilambangkan dengan bunyi a (untuk baris 1 dan 3), dan yang satunya dengan bunyi b (untuk baris 2 dan 4).

Contoh rima:
....gurita (berakhiran ta sehingga bunyinya a)
....gulali ( berakhiran li sehingga bunyinya b)
....cinta (berakhiran ta sehingga bunyinya a)
....benci (berakhiran ci sehingga bunyinya b)

Dalam pantun, pada dasarnya rima yang digunakan adalah a-b-a-b. Namun demikian, ada pula pantun dengan rima a-a-a-a.

Berikut contoh rima pantun dalam bait lengkap.

Berburu ke padang datar (a)
Mendapat rusa belang kaki (b)
Berguru kepalang ajar (a)
Bagai bunga kembang tak jadi (b)

5. Jumlah setiap baris biasanya terdiri dari 8 s.d. 12 suku kata atau setiap baris terdiri dari empat kata. Akan tetapi, hal ini tidak mutlak harus dipenuhi.

Sebagai puisi yang awalnya dimaksudkan sebagai puisi oral, pantun memiliki irama. Untuk menjaga irama agar selaras, pantun tidak boleh terlalu panjang atau terlalu pendek. Untuk itu, suku kata yang digunakan berkisar antara 8 s.d. 12 suku kata dan kata dalam satu baris biasanya adalah 4 kata.

Berikut contoh jumlah suku kata dalam pantun.

Kalau ada sumur di ladang (9 suku kata)
Boleh kita menumpang mandi (9 suku kata)
Kalau ada umurku panjang (9 suku kata)
Boleh kita berjumpa lagi (9 suku kata)

Pantun di atas bagus dari segi irama karena semua baris memiliki suku kata berjumlah sama.

Isi Pantun

Bagian “isi pantun” merupakan yang terpenting karena merupakan inti yang ingin diungkapkan oleh penyair/pemantun. Bagian ini merupakan baris yang akan dihunjamkan maknanya ke dalam hati dan pikiran penerima pantun / pembaca/ pendengar.

Dahulu, isi pantun seringkali berupa peribahasa, pepatah, kiasan, ibarat, pemeo, dan sejenisnya. Pemantun berupaya untuk mengungkapkan pikirannya yang indah-indah ke dalam isi pantun. Namun demikian, sejalan beriringnya waktu, baris isi tidak selalu berisi sesuatu yang indah-indah. Pemantun seringkali memanfaatkan bahasa sehari-hari dan menggunakan pantun dari segi fungsionalitas belaka sebagai media penyampai pesan kepada penerima pantun.

Jenis pantun seringkali dikaitkan dengan isi pantun, misalnya, pantun jenaka, pantun nasihat, pantun kanak-kanak, pantun teka-teki, pantun agama, pantun muda-mudi, dan banyak lagi lainnya.

Contoh-Contoh Pantun

Contoh Berbalas Pantun

Berbalas pantun adalah narasi / penyampaian pantun antara dua pihak atau lebih yang saling berkomunikasi menggunakan pantun. Saat pantun dilantunkan oleh satu pihak, pihak yang lain membalas dengan pantun pula.

Berikut ini contoh berbalas pantun.

Berkata Awang Sulung Muda:
"Ribu-ribu jalan ke kandis,
landak membawa guliganya.
Bundaku tinggal jangan menangis,
anak membawa akan nasibnya."

Dibalas oleh Emak Bungsunya:
"Air bergolak menjala ikan,
Encik Seman menjala udang.
Anakku bertolak bunda pesankan,
jangan lama di rantau orang."

Menyambut Awang Sulung Muda:

"Berbuah benda setambun tulang,
boleh dibuat obat membantu.
Jikalau untung, anak ini pulang;
jikalau tidak, hilang di rantau."

Dibalas pula oleh Emak Bungsunya:

"Pisang kelat digonggong elang,
jatuh ke lubuk Indragiri.
Jikalau datang di rantau orang,
baik-baik membawa diri."

Contoh Pantun Narasi Sejarah

Sebagai media penyampai pesan, pantun seringkali digunakan untuk kepentingan tertentu, misalkan menyampaikan pengajaran sejarah, memberikan nasihat, atau untuk kepentingan lainnya. Contoh pantun untuk narasi sejarah adalah sebagai berikut.

Telor itik dari Sanggora
Pandan terletak dilangkahi
Darahnya titik di Singapura
Badannya terhantar di Langkawi

Artinya: telur itik datang dari Sanggora, pandan yang terletak di tanah dilangkahi orang, darahnya mengalir di Singapura, badannya terbujur di Langkawi.

Pantun tersebut terdapat dalam Sejarah Melayu yang disusun tahun 1612. Pantun tersebut bercerita tentang seorang tokoh yang meninggal di Singapura dan dimakamkan di Langkawi.

Contoh Pantun Teka-Teki

Pantun teka-teki adalah pantun yang isinya adalah tebak-tebakan.

(1)
Burung nuri burung dara,
terbang ke sisi taman kayangan.
Cobalah cari wahai saudara,
makin diisi makin ringan.

(Jawabnya : balon udara)

(2)
Tanya:
"Kalau puan, puan cerana,
ambil gelas dalam peti.
Kalau tuan memang bijaksana,
binatang apa tanduk di kaki?"

Jawab:
"Air talang mengalir ke kali,
talang rusak pecah gentingnya.
Ada binatang tanduk di kaki,
Ayam jantan itulah namanya."

Contoh Pantun Nasihat

(1)
Sepohon kayu daunnya rimbun
Lebat bunganya serta buahnya
Walaupun hidup seribu tahun
Tak sembahyang apa gunanya

(2)
Banyaklah masa antara masa,
tidak seelok masa bersuka.
Meninggalkan sembahyang jadi biasa,
tidakkah takut api neraka?

(3)
pisang emas dibawa berlayar
Masak sebiji diatas peti
Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati

Contoh Pantun Jenaka

(1)
Pohon manggis di tepi rawa,
Tempat kekek tidur beradu.
Sedang menangis nenek tertawa,
Melihat kakek bermain gundu.

(2)
Jual pepaya dengan kandil,
Kandil buatan orang Inggris.
Melihat buaya menyandang bedil,
Sapi dan kerbau tegak berbaris.

Contoh Pantun Adat Minangkabau

Rama-rama si kumbang jati,
Khatib Endah pulang berkuda.
Patah tumbuh hilang berganti,
Pusaka tinggal begitu saja.

Artinya : Meskipun berganti keturunan, pusaka (peninggalan leluhur) tetap dijaga.

Contoh Pantun Muda-Mudi / Pantun Berkasih-Kasihan

(1)
Kalau tuan pergi ke Tanjung,
Kirim saya sehelai baju.
Kalau tuan menjadi burung,
Saya menjadi ranting kayu.

(2)
Kalau tuan pergi ke Tanjung,
Belikan saya pisau lipat.
Kalau tuan menjadi burung,
Saya menjadi benang pengikat.

(3)
Kalau tuan pergi ke laut,
Carikan saya ketam bertelur.
Kalau tuan menjadi rambut,
Saya menjadi bunga melur.

(bunga melur = bunga melati)

(4)
Jikalau tuan mencari buah,
Saya pun mencari pandan.
Jikalau tuan menjadi nyawa,
Saya pun menjadi badan.

(5)
Cik Daud berketam padi,
sambil petik bunga pudak.
Tuan pergi ke laut api,
Biar hangus kuturut juga

(6)
Semalam saya mimpikan bulan,
Nyiur gugur dengan tandannya.
Tidur semalam mimpikan tuan
Rasaku tidur di bantal lengannya.

(7)
Buah mengkudu ‘ku sangka kandis
Kandis terletak dalam puan
Gula madu ‘ku sangka manis
Manis lagi senyummu tuan

(8)
Dari mana punai melayang
dari paya turun ke padi
dari mana datangnya sayang
dari mata turun ke hati

Contoh Pantun Lainnya

(1)
Satu dua tiga enam
Enam dan satu jadi tujuh
Buah delima yang ditanam
Buah berangan hanya tumbuh

(2)
Satu tangan bilangan lima
Dua tangan bilangan sepuluh
Sahaya bertanam biji delima
Apa sebab peria yang tumbuh?

Arti kedua pantun tersebut adalah orang yang menanam kebaikan (disimbolkan buah delima), ternyata yang dituai adalah keburukan (disimbolkan buah berangan dan peria/pare)

(3)
Bawa peti dari Malaka
Berisi pakaian si anak raja
Kalau hati merasa suka
Semua keadaan pun indah saja.

(4)
Air dalam bertambah dalam,
Hujan di hulu belum lagi teduh.
Hati dendam bertambah dendam,
Dendam dahulu belum lagi sembuh

(5)
Kalau ada jarum yang patah
jangan disimpan dalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan disimpan dalam hati

(6)
Pulau Pandan jauh di tengah
Di balik Pulau Angsa Dua
Hancur badan dikandung tanah
Budi baik dikenang jua

(7)
Kemumu dalam semak
Terbang melayang selaranya
Meski ilmu setinggi tegak
Kalau tak sembahyang apa gunanya

(8)
Kelap kelip kusangka api
Kalau api mana puntungnya
Hilang gaib kusangka mati
Kalau mati mana kuburnya

(9)
Apa guna asam paya
Kalau tidak menggulai ikan
Apa guna lagak dan gaya
Kalau bahasa tidak dibicarakan


Post a Comment

Arsip