LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Analisis Puisi Yang Terampas Dan Yang Putus, Puisi Chairil Anwar Untuk Kekasihnya di Masa Lalu

Yang Terampas Dan Yang Putus

Puisi ini memiliki tiga judul, yaitu Yang Terampas dan Yang Putus, Yang Terampas dan Yang Luput, dan Buat Mirat. Puisi ini ditulis oleh Chairil Anwar beberapa bulan menjelang kematiannya.

Puisi Yang Terampas dan Yang Putus dipersembahkan oleh Chairil Anwar untuk seorang perempuan bernama Sumirat, seorang gadis asal Madiun, Jawa Timur. Chairil Anwar pernah melamar Sumirat, tetapi lamaran itu ditolak oleh ayah Sumirat karena Chairil Anwar belum memiliki pekerjaan yang tetap.

Teks Puisi Yang Terampas dan Yang Putus

Berikut ini adalah teks puisi Yang Terampas dan Yang Putus yang ditulis oleh Chairil Anwar.

Teks Puisi Yang Terampas Dan Yang Putus, Puisi Chairil Anwar Untuk Kekasihnya di Masa Lalu


YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS

kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

di Karet, di Karet (daerahku y.a.d.) sampai juga deru dingin

aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku

(1949)

Arti Istilah

Ada beberapa istilah yang kurang jelas artinya. Namun demikian, saya coba mencari arti kata yang mungkin dimaksudkan dalam puisi tersebut.

1. Mempesiang.

Dalam kamus, terdapat kata siang yang artinya terang atau bersih (misalnya menyiangi berarti membersihkan dari rumput atau semak). Dalam kamus, terdapat juga kata mempersiang, yang artinya membuat jadi siang atau menyiangi.

2. Menggigir. 

Kata gigir berarti punggung. Gigir juga bisa berarti gigil. Dalam puisi ini, kata menggigir lebih tepat jika artinya menggigil.

3. Karet.

Karet adalah nama tempat pemakaman di Jakarta (Karet Bivak).

4. Daerahku y.a.d.

Daerahku y.a.d. akronim dari daerahku yang akan datang.

Analisis Arti Puisi Yang Terampas Dan Yang Putus

Dalam puisi ini, penyair menyadari bahwa dirinya akan segera meninggal, seperti dalam puisi ini diibaratkan dengan rangkaian kata "malam tambah merasuk" (malam adalah akhir hari, yang mana menyimbolkan akhir dari kehidupan). Bahkan, dalam puisi ini dirinya juga sudah menyatakan rangkaian kata "di Karet (daerahku y.a.d.)", nama pemakaman, yang menunjukkan bahwa dirinya mungkin segera meninggal. Barangkali suatu keadaan tertentu (misalnya sakit) menyebabkan ia merasa bahwa umurnya tak akan lama lagi.

Sebelum ia meninggal, ia ingin bertemu dengan Sumirat (seperti judul puisi ini: Buat Mirat), kekasihnya di masa lalu. Penyair menyatakan "...jika kau datang/dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu", yang menunjukkan keinginan untuk bertemu dan bercerita tentang sesuatu kepada kekasihnya tersebut. Namun demikian, penyair sadar bahwa keinginan tersebut tidak akan dapat terlaksana, bahwa ceritanya tersebut akan berlalu dan beku.

Ada hal menarik dari puisi ini, yaitu judulnya: Yang Terampas dan Yang Putus, atau Yang Terampas dan Yang Luput. Sekadar dugaan, judul ini menunjukkan sesuatu yang terampas dari kehidupan penyair, yaitu cintanya kepada Mirat akibat ketidaksetujuan orang tua sang kekasih. Kisah cintanya putus di tengah jalan. Kisah cintanya luput dan tidak sesuai dengan harapan. Dalam hal ini, sosok sang kekasih tak bisa lepas dari ingatan penyair. Bahkan hingga menjelang kematiannya, nama kekasih selalu melekat di hati.

Post a Comment

Arsip