LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh Pantun Berkait

Pantun merupakan sastra / puisi Melayu lama yang masih populer di kalangan masyarakat. Salah satu variasi bentuk pantun dikenal dengan nama pantun berkait.

A. Apa itu Pantun Berkait?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring, definisi atau pengertian pantun berkait adalah "rangkaian pantun yang sambung-menyambung, misalnya larik kedua dan keempat bait pertama muncul lagi sebagai larik pertama dan ketiga bait berikutnya."

Pantun berkait disebut juga dengan pantun rantai. Beberapa literatur juga menyebut pantun berkait sebagai seloka, namun istilah seloka tidak digunakan di artikel ini karena dari berbagai literatur yang lain, seloka merupakan jenis karya sastra yang tidak sama dengan pantun berkait. Dalam kamus bahasa melayu, seloka adalah puisi yang berisi ajaran (sindiran, jenaka dll). Dalam kamus besar bahasa indonesia, seloka adalah jenis puisi yang mengandung ajaran (sindiran dan sebagainya), biasanya terdiri atas 4 larik yang berima a-a-a-a, yang mengandung sampiran dan isi. Dari kedua kamus, tidak ada yang menyatakan bahwa seloka adalah pantun berkait.

B. Contoh Pantun Berkait

Untuk membahas mengenai pantun berkait, silakan lihat pada gambar berikut ini (Gambar diolah dari pdf pada faculty.washington.edu).



Gambar tersebut di atas adalah pantun berkait Melayu klasik yang terdapat dalam A Grammar of the Malayan Language with an Introduction and Praxis (buku karya William Marsden tahun 1812).

Pantun tersebut ditulis dalam aksara Jawi. Jika ditulis dalam alfabet Rumi, pantun tersebut menjadi seperti berikut (saya beri angka dalam kurung untuk menunjukkan barisnya).

(1) Kupu-kupu terbang melintang
(2) Terbang di laut di ujung karang
(3) Hati di dalam menaruh bimbang
(4) Dari dahulu sampai sekarang

(2) Terbang di laut di ujung karang
(5) Burung nasur terbang ke Bandan
(4) Dari dahulu sampai sekarang
(6) Banyak muda sudah kupandang

(5) Burung nasur terbang ke Bandan
(7) Bulunya lagi jatuh ke Patani
(6) Banyak muda sudah kupandang
(8) Tiada sama mudaku ini

(7) Bulunya jatuh ke Patani
(9) Dua puluh anak merpati
(8) Tiada sama mudaku ini
(10) Sungguh pandai membujuk hati

C. Ciri-Ciri Pantun Berkait

Berdasarkan definisi dan contoh pantun berkait di atas, saya akan menguraikan karakteristik atau syarat-syarat penulisan pantun berkait, sebagai berikut.

1. Terdiri dari beberapa bait atau stanza. Saya tidak menemukan keharusan minimal dan maksimal bait yang digunakan. Akan tetapi, kebanyakan pantun berkait terdiri dari empat bait.

2. Setiap bait berbentuk kuatren (quatrain, terdiri dari empat baris).

3. Tiap bait terdiri dari "sampiran/pembayang" dan "isi/maksud". Baris 1 dan 2 merupakan "sampiran", sedangkan baris 3 dan 4 adalah "isi". Baris "sampiran" bisa berkaitan kandungan/ maknanya dengan baris "isi", bisa pula tidak berkaitan sama sekali (hanya untuk kesesuaian bunyi dan irama).

4. Terdapat repetisi/ pengulangan penggunaan dua baris pada bait awal menjadi dua baris pada bait selanjutnya, demikian seterusnya sampai bait terakhir. Ketentuannya adalah baris ke-2 dan ke-4 pada bait awal secara berurutan menjadi baris ke-1 dan ke-3 pada bait berikutnya. Ketentuan lebih jelasnya adalah sebagai berikut.

- Baris 2 bait 1 menjadi baris 1 bait 2
- Baris 4 bait 1 menjadi baris 3 bait 2
- Baris 2 bait 2 menjadi baris 1 bait 3
- Baris 4 bait 2 menjadi baris 3 bait 3
- Dan seterusnya sampai bait terakhir.

Untuk contoh lebih jelas, silakan lihat pada pantun berkait di atas, dan perhatikan angka dalam kurung.

5. Tiap bait menggunakan rima bersilang (a-b-a-b) atau rima rangkai (a-a-a-a). Rima berada di akhir larik.

Lihat contoh berikut.
a) Rima a-a-a-a. lihat pada kata terakhir pada tiap larik di bait satu sebagaimana berikut ini.
....melintang (rima a)
....karang (rima a)
....bimbang (rima a)
....sekarang (rima a)

b) Rima a-b-a-b. lihat pada kata terakhir pada tiap larik di bait tiga sebagaimana berikut ini.
....Bandan (rima a)
....Patani (rima b)
....kupandang (rima a)
....ini (rima b)

6. Setiap larik biasanya terdiri dari 8 sampai dengan 12 suku kata. Silakan hitung suku kata pada pantun di atas, semua masuk ke aturan 8 s.d. 12 suku kata.

D. Beberapa Contoh Pantun Berkait

Contoh Pantun Berkait 1

Taman melati di rumah-rumah
Ubur-ubur sampingan dua
Kalau mati kita bersama
Satu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampingan dua
Taman melati bersusun tangkai
Satu kubur kita berdua
Kalau boleh bersusun bangkai

Taman melati bersusun tangkai
Tanam padi satu persatu
Kalau boleh bersusun bangkai
Daging hancur menjadi satu

Tanam padi satu persatu
Anak lintah dalam cunia
Daging hancur menjadi satu
Tanda cinta dalam dunia

Catatan:
Cunia artinya perahu.

Contoh Pantun Berkait 2

Buah Ara, batang dibantun,
mari dibantun dengan parang
Hai saudara dengarlah pantun,
pantun tidak mengata orang.

Mari dibantun dengan parang,
berangan besar di dalam padi.
Pantun tidak mengata orang,
janganlah syak di dalam hati.

Berangan besar dalam padi,
rumpun buluh dibuat pagar.
Jangan syak di dalam hati,
maklum pantun saya baru belajar.

Rumpun buluh dibuat pagar,
cempedak dikerat-kerati.
Maklumlah pantun saya belajar,
saya budak belum mengerti.

Cempedak dikerat-kerati,
batang perepat saya rubuhkan.
Saya budak belum mengerti,
sebarang dapat saya pantunkan

Catatan:
1.Ara = nama pohon
2.Dibantun = dicabut, disiangi
3.Berangan = nama pohon
4.Syak = rasa kurang percaya (sangsi, curiga, tidak yakin, ragu-ragu)
5.Buluh = bambu
6.Cempedak : nama pohon berbuah
7.Budak = anak, kanak-kanak
8.Sebarang = apa saja

Beberapa referensi
1. Buku Puisi Lama karya Sutan Takdir Alisjahbana.
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring (badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php)
3. http://faculty.washington.edu/heer/apantun.pdf
4. Kamus bahasa Melayu (prpm.dbp.gov.my)


Post a Comment

Arsip