LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Puisi Biar Malam Kini Lalu, Karya Terjemahan Chairil Anwar dari Sajak W.H. Auden

Puisi Biar Malam Kini Lalu Terjemahan Chairil Anwar WH Auden

Barabaik.com - Puisi Biar Malam Kini Lalu karya Chairil Anwar adalah terjemahan dari puisi berjudul Song IV dari Twelve Song yang ditulis oleh Wystan Hugh Auden. Puisi terjemahan tersebut diterbitkan di majalah Mimbar Indonesia, Th.IV No 46, 18 November 1950.

Wystan Hugh Auden, yang lebih dikenal dengan nama W.H. Auden, adalah salah satu penyair terkemuka di abad 20. Dia lahir tanggal 21 Februari 1907 di York, Inggris dan meninggal tanggal 29 September 1973 di Vienna, Austria. Sepanjang hidupnya, dia menerbitkan sekitar 400 puisi.

Chairil Anwar menerjemahkan beberapa puisi W.H. Auden, seperti "Lagu Orang Usiran" dan "Biar Malam Kini Lalu". Beberapa puisi Auden lainnya juga sudah dikerjakan oleh Chairil Anwar tetapi belum sempat diselesaikan.

Teks Puisi Biar Malam Kini Lalu

Berikut ini teks puisi Biar Malam Kini Lalu yang ditulis oleh Chairil Anwar. Sebenarnya puisi ini tak berjudul, sedangkan judul diambil dari baris pertama puisi tersebut.


BIAR MALAM KINI LALU

Biar malam kini lalu,
cinta, tapi mimpi masih ganggu
yang bawa kita bersama sekamar
tinggi seperti gua dan sebisu
stasiun akhir yang dingin
di malam itu banyak berjejer siur katil-katil
Kita terbaring dalam sebuah
yang paling jauh terpencil.

Bisikan kita tidak pacu waktu
kita berciuman, aku gembira
atas segala tingkahmu,
sungguhpun yang lain di sisiku
dengan mata berisi dendam
dan tangan lesu jatuh
melihat dari ranjang.

Apakah dosa, apakah salah
kecemasan berlimpah sesal
yang jadikan aku korban
kau lantas lakukan dengan tidak sangsi
apa yang tidak bakal aku setuju?
dengan lembut kau ceritakan
kau sudah terima orang lain
dan penuh sedih merasa
aku orang ketiga dan lantas jalan

(1949)

Analisis Arti Puisi Biar Malam Kini Lalu

Dalam puisi ini banyak kesulitan dalam memahami maknanya, seperti latar kontekstual seperti apa (misal tempat di mana sang aku berada) untuk menunjukkan peristiwa dalam puisi. Namun demikian, saya berusaha untuk menganalisisnya sebagaimana berikut.

  1. Sang aku teringat pada malam terakhir bersama wanita yang menjadi kekasihnya di sebuah ruangan di suatu malam sepi. Di ruangan besar itu terdapat banyak ranjang (katil = ranjang) dan mereka berdua berada di ranjang paling terpencil. Selain mereka, banyak pula orang di dalam ruangan itu. Mungkin ruangan itu adalah rumah sakit dalam situasi perang (karena di tempat itu banyak tangan lesu jatuh yang menyiratkan orang sakit, lihat bait 2). Mungkin sang aku adalah tentara yang sedang terluka dan dirawat di rumah sakit tersebut. Suasana di tempat itu muram, banyak orang namun tiada semangat di dalamnya (dinyatakan sebisu stasiun akhir yang dingin).
  2. Meski berada di tempat yang muram, sang aku merasa gembira dengan kehadiran dan tingkah sang kekasih. Pasangan tersebut berkasih-kasihan. Mereka berciuman. Sementara itu, orang di sekelilingnya memandangnya dengan rasa permusuhan sembari terbujur lunglai di ranjang masing-masing. Mengapa orang sekeliling marah? Yakni karena mereka berdua tampak bermesraan padahal mereka berada di tempat orang sakit yang menderita.
  3. Dalam malam terakhir itu, setelah sang kekasih menunjukkan rasa cintanya kepada sang aku, muncullah pengakuan yang mengejutkan dari mulut sang kekasih. Dengan lembut dan tanpa sangsi, dia menyatakan bahwa dirinya telah menerima orang lain sebagai pilihan hidupnya. Sang aku pun merasa sedih karena ia tidak diinginkan oleh sang kekasih.
  4. Kejadian malam itu, yang diikuti dengan adanya perasaan tidak diinginkan oleh sang kekasih, selalu menghantui sepanjang kehidupan sang aku (lihat pada klausa "tapi mimpi masih ganggu" pada bait satu).

Demikian puisi Biar Malam Kini Lalu karya terjemahan Chairil Anwar dari puisi W.H.Auden.

Post a Comment

Arsip