LC9gBUg7QN0V3hwrLd8lmNtvyApY7ArMY1rVEPEw

Analisis Puisi Tuti Artic Karya Chairil Anwar, Puisi Cinta Bercita Rasa Masa Kini

Analisis Arti Puisi Tuti Artic Karya Chairil Anwar

Puisi Tuti Artic merupakan puisi asli karya Chairil Anwar yang dimuat pertama kali dalam majalah Panca Raya pada tahun 1947. Puisi ini juga dimuat di buku Deru Campur Debu (kumpulan puisi Chairil Anwar yang diterbitkan oleh Yayasan Pembangunan pada tahun 1959).

Joko Pinurbo (sastrawan Indonesia) dalam artikel Chairil yang Baper tapi Keren pada buku Berguru Kepada Puisi menyatakan bahwa sajak Tuti Artic "...merupakan contoh karya Chairil yang menunjukkan kepiawaiannya menulis dalam bahasa Indonesia dengan cita rasa masa kini, seakan-akan sajak tersebut baru dicipta kemarin sore."

Lebih lanjut, Joko Pinurbo menyatakan bahwa puisi Tuti Artic memberikan pelajaran bahwa karya yang unggul tidak mesti dihasilkan dari gagasan besar dengan tendensi yang besar. Jika mengerjakan puisinya benar, maka pernik-pernik kecil hubungan antarmanusia dapat menjadi karya yang memikat.


Teks Puisi Tuti Artic Karya Chairil Anwar

TUTI ARTIC

Antara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,
Adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;
Sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca cola.
Istriku dalam latihan: kita hentikan jam berdetik.

Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa
– ketika kita bersepeda kuantar kau pulang –
Panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,
Mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.

Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;
Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:
Sorga hanya permainan sebentar.

Aku juga seperti kau, semua lekas berlalu
Aku dan Tuti + Greet + Amoi... hati terlantar,
Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

Keterangan Hak Cipta Puisi: domain publik di Indonesia.


Analisis Arti Puisi Tuti Artic Karya Chairil Anwar

Menurut salah satu keterangan, Artic dalam puisi tersebut adalah nama toko yang menjual es krim, sedangkan nama Tuti (juga Greet dan Amoi) adalah nama wanita yang pernah hadir dalam kehidupan Chairil Anwar.

Dalam puisi ini, dinarasikan bahwa cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

Sang penyair berkasih-kasihan dengan Tuti, seorang gadis muda. Adik dalam puisi tersebut adalah untuk menyebut kekasih. Istriku dalam latihan artinya seakan-akan Tuti adalah istrinya (berlatih sebagai istrinya).

Penyair menyadari bahwa kisah mereka tidak akan lama, disebutkan bahwa antara bahagia saat ini (kisah cinta penyair dan Tuti saat itu) dan bahagia nanti (kisah cinta mereka di masa mendatang) ada jurang ternganga.

Kisah cinta mereka seperti dirangkum dalam baris terakhir puisi: cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar. Masa-masa berkasihan yang bahaya (entah mengapa disebut dengan bahaya), tetapi cepat hilang. Masa berkasih-kasihan tidak lama, seperti dijelaskan dengan baris "sorga hanya permainan sebentar".

Kisah cinta penyair dengan Tuti akan sama dengan kisah cintanya dengan perempuan lain (Greet dan Amoi), lekas pudar. Lalu, setelah itu mereka (penyair dan Tuti) akan sama-sama bersikap saling tak mengenal meski berpapasan di jalan. Keduanya akan seperti orang asing satu dengan yang lain.

Post a Comment

Arsip